Mengubah Kompetitif Menjadi Produktif 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T141B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T141A

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebagian anak, sejak lahir, telah membawa kecenderungan kompetitif. Sifat kompetitif adalah keinginan yang kuat untuk menjadi nomor satu yang disertai dengan reaksi keras terhadap kekalahan.

Beberapa ciri sifat kompetitif:

  1. Mau menang terus, sulit menerima kekalahan.

  2. Menuntut pengakuan orang atas keberhasilannya.

  3. Obyektif-memfokuskan pada fakta, bukan pada unsur pribadi.

  4. Berorientasi pada tugas dan target, kurang peka dengan relasi dan perasaan.

  5. Keras kepala dan tidak mudah menyerah atau tunduk pada orang.

  6. Memang sanggup dan cepat menguasai bidangnya.

  7. Kurang sabar dan kritis.

  8. Menuntut orang seperti dirinya, membuatnya mudah marah.

  9. Dapat menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginannya.

  10. Bermasalah dengan penerimaan dirinya; mudah anjlok dalam kekecewaan.

Dengan kata lain, anak yang kompetitif adalah anak yang tidak mempunyai rem; ia hanya memiliki pedal gas. Tugas orang tua bukanlah mengikis habis sifat kompetitif melainkan membentuk dan mengarahkannya. Dengan bentukan dan arahan yang tepat anak ini akan menjadi anak yang produktif; arahan yang keliru akan membuatnya menjadi anak yang kompetitif saja.

Beberapa ciri sifat produktif:

  1. Tetap mau menang, namun bisa menerima kekalahan.

  2. Senang menerima pengakuan orang namun bisa memahami tatkala orang tidak memberinya pengakuan.

  3. Obyektif dan subyektif-berimbang dalam melihat fakta dan unsur pribadi.

  4. Tetap cenderung berorientasi pada tugas dan target tetapi peka dengan faktor relasi dan perasaan.

  5. Tetap keras kepala namun bisa menundukkan diri pada orang.

  6. Terampil dan menguasai bidangnya.

  7. Kurang sabar dan kritis, namun bisa menguasai emosinya.

  8. Cenderung menuntut orang seperti dirinya namun dapat memahami keunikan orang.

  9. Tidak menghalalkan segala cara untuk memperoleh yang diinginkannya.

  10. Menerima dirinya-kekuatan dan keterbatasannya-tetap dapat anjlok tatkala kecewa tetapi tidak berlangsung lama; ia cepat bangkit kembali.

Dengan kata lain, anak yang produktif adalah anak yang mempunyai pedal gas dan rem; ia tahu bagaimana dan kapan maju tetapi ia pun tahu bagaimana dan kapan harus berhenti.

Apa yang orang tua dapat lakukan:

  1. Silakan sediakan penyaluran atas hasrat anak mengaktualisasikan kemampuannya.

  2. Tetapkan target sedikit di atas kemampuannya guna menambah dorongan.

  3. Jangan menitikberatkan penilaian pada hasil, melainkan pada usahanya.

  4. Jangan miskin memuji namun jangan pula terlalu mengumbar pujian.

  5. Jangan membanding-bandingkannya dengan anak lain; selalu gunakan dirinya sendiri sebagai tolok ukur.

  6. Sering-seringlah menyoroti karakter dirinya atau orang lain sebagai kriteria yang kita gunakan untuk menilai orang.

  7. Terima kegagalannya dengan tepat: Jangan meremehkan atau membesarkan kegagalan. Meremehkan kegagalannya bisa membuatnya merasa bahwa dia tidak penting; sebaliknya, membesarkan kegagalannya membuatnya sulit menerima diri secara utuh.

  8. Ajarkan untuk memahami orang yang berbeda dengannya; ceritakan latar belakang atau situasi yang dihadapi orang yang membuat mereka menjadi seperti itu.

  9. Didiklah agar dia bisa menguasai perasaannya marahnya dan mengungkapkannya dengan sehat, misalnya boleh marah namun jangan menghina; boleh marah tetapi tidak boleh berteriak, dsb.

  10. Kenalkan dia kepada Tuhan agar dia dapat hidup takut kepada Tuhan-bahwa potensinya berasal dari Tuhan dan bahwa dia bertanggung jawab kepada Tuhan.

Firman Tuhan mengingatkan kita, "Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut yang penuh muslihat." (Amsal 8:13) Anak yang kompetitif tanpa takut akan Tuhan berpotensi menjadi orang seperti yang firman Tuhan katakan. Dia akan sibuk menyikut orang lain.

Sebaliknya, anak kompetitif yang takut akan Tuhan-produktif-akan sibuk menggandeng dan menopang orang lain. Ia akan menjadi seperti, "pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3)