Mengoreksi Perilaku Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T120B
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Mengoreksi dan memperbaiki bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi mau tidak mau tatkala kita mendidik anak-anak kita ternyata ada sifat atau tingkah laku atau kebiasaan yang kita anggap kurang tepat dan mau tidak mau ini harus dikoreksi.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Mengoreksi atau memperbaiki itu bukan sesuatu hal yang mudah dilakukan, tetapi mau tidak mau tatkala kita mendidik anak-anak kita ternyata ada sifat atau tingkah laku atau kebiasaan yang kita anggap kurang tepat dan mau tidak mau ini harus dikoreksi.

Tindakan-tindakan yang bisa kita lakukan selain dari memberikan hukuman atau memarahi anak ini yaitu:

  1. Bagi anak yang masih sangat muda misalnya di bawah 2 tahun, dengan cara mengalihkan perhatian anak kepada hal-hal yang lebih positif. Biasanya cara ini cukup efektif, kadang-kadang karena kekurangmatangannya sang anak misalnya ingin terus-menerus merobek buku atau majalah yang kita simpan.

  2. Mencari sumber kenikmatannya dan menutup sumber kenikmatannya maka kita harapkan kita bisa menghentikan pelanggarannya. Maksudnya biasanya anak melakukan suatu perilaku dengan terus-menerus bahkan menjadi kebiasaan karena ada hasil yang menyenangkan yang dia bisa petik dari pelanggaran atau kesalahan dari perilakunya, jadi setiap dia melanggar dia menikmatinya.

  3. Membiarkan atau memberikan konsekuensi yang tidak enak bagi anak. Jadi kita tidak mencegah konsekuensi yang tidak enak hasil tindakandari anak itu untuk anak tanggung sendiri. Contoh anak tidak mau makan, konsekuensinyadia harus mau kehilangan makanannya.

Ada hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum kita menerapkan suatu konsekuensi tertentu yaitu:

  1. Misalnya makan, apakah perilaku tidak mau makan ini ada unsur manipulatifnya atau jangan-jangan disebabkan karena anak sedang tidak enak badan. Atau karena kurang nafsu makan akibat suatu penyakit.

  2. Apakah konsekuensi itu sudah pantas dan dapat ditanggung baik oleh anak maupun orangtua. Jadi bukan hanya bisa ditanggung oleh anak tetapi juga bisa ditanggung oleh orangtua.

Ibrani 12:11, "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." Allah memberikan ganjaran kepada anak-anak yang dikasihi-Nya. Orang tua pun perlu kadang-kadang menegakan hati, menahan rasa kasihan karena pada waktu dia memberikan ganjaran memang tidak membuat sukacita anaknya tetapi dukacita, tetapi setelah itu anak bisa dilatih.