Menghadapi Orang Tua yang Bermasalah di Hari Tuanya(II)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T538B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Perlakuan orang tua yang melukai hati dan kalbu anak, dapat menyebabkan kehidupan pernikahan anak dan relasi dengan saudara-saudaranya menjadi rusak. Namun perintah Tuhan “Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu” merupakan dasar bagi anak menghormati orang tua, bukan oleh karena perlakuan orang tua kepada anak melainkan bukti ketaatan kepada Tuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
(5) ADA ORANG TUA YANG BERPIKIR DAN BERBICARA NEGATIF—HANYA MELIHAT SISI BURUK—DAN SUKAR MELIHAT, APALAGI MENGHARGAI KEBAIKAN ORANG, TERMASUK KITA ANAKNYA.
Ya, ada orang tua yang selalu berpikir dan berkata negatif tentang segala sesuatu, termasuk orang, membuat kita tidak nyaman berada di dekat mereka. Jarang sekali mereka berkata baik tentang orang sebab bagi mereka, semua orang tidak benar dan tidak baik. Jadi, selalu ada saja kekurangan atau kejelekan orang yang dilihat dan dijadikan bahan kritikan. Adakalanya kita perlu memberitahukan orang tua untuk tidak berbuat seperti itu tetapi tidak selalu. Mereka begitu terbiasa berkata dan berpikir negatif, jadi, tidak mudah bagi mereka untuk berubah. Selain dari itu, oleh karena begitu terbiasa, maka jika tidak ada hal yang negatif, mereka benar-benar tidak tahu mesti bicara apa. Itu sebab, mereka terus berpikir dan berkata negatif, karena tanpa itu, mereka akan kehabisan bahan pembicaraan. Satu-satunya cara menghadapi perilaku negatif itu adalah dengan menghindar atau tidak memberi respons. Jadi, janganlah menanggapi bila orang tua berpikir atau berkata negatif; berdiam diri sajalah. Pada akhirnya mereka akan berhenti sendiri bila kita tidak memberikan tanggapan apa-apa. Juga, dengan kita berdiam diri dan tidak memberi tanggapan, mereka akan tahu bahwa kita tidak suka dan tidak menyetujui perbuatan mereka. Mudah-mudahan mereka pun akan berhenti karena tahu bahwa kita tidak nyaman dengan perbuatan mereka.
(6) ADA ORANG TUA YANG GEMAR MENJELEK-JELEKKAN KITA DI HADAPAN ADIK ATAU KAKAK KITA, DAN BERBUAT YANG SAMA DENGAN MEREKA DI HADAPAN KITA PULA.
Mungkin kita bertanya, mengapakah orang tua melakukan hal seperti itu? Sesungguhnya mereka menjelek-jelekkan kita untuk memperoleh simpati dari kakak atau adik kita. Sudah tentu tidak apa orang tua bercerita tentang kita kepada kakak dan adik jika memang benar, kita seburuk dan sejahat itu. Namun, jika tidak, dapat kita simpulkan bahwa tujuan mereka adalah untuk mendapatkan simpati sekaligus dukungan untuk menghadapi kita. Kebanyakan orang tua yang tidak menyenangkan tahu bahwa mereka tidak menyenangkan dan tidak disukai oleh anak. Itu sebab, untuk memperoleh dukungan, mereka perlu menjelek-jelekkan kita di hadapan kakak dan adik kita. Mereka berharap kakak atau adik akan marah dan menegur kita serta akan lebih menyatakan kasih kepada orang tua. Sudah tentu cara memperoleh simpati seperti ini tidaklah sehat—serta tidak berlangsung lama. Tinggal tunggu waktu, semua anak akan tahu bahwa mereka pernah menjadi korban—bahwa orang tua pernah menjelek-jelekkan mereka pula. Pada saat terbongkar, sudah tentu reaksi kakak dan adik bukan memberi simpati; sebaliknya,mereka malah bertambah tidak simpati terhadap orang tua. Mereka tidak akan mempercayai apa yang orang tua katakan begitu saja. Dengan kata lain, orang tua yang gemar menjelek-jelekkan anak akan menuai konsekuensinya.
(7) ADA ORANG TUA YANG EGOIS—MENUNTUT ANAK UNTUK MEMBAHAGIAKAN DAN MEMENTINGKAN MEREKA DI ATAS KEPENTINGAN SIAPA PUN.
Ya, ada orang tua yang jauh lebih memikirkan dan mementingkan kebutuhan serta keinginan mereka pribadi ketimbang kita, anak-anaknya. Bila kita tidak sanggup membahagiakan mereka, maka mereka akan terus membicarakan kita dan membuat kita merasa bersalah. Yang menyedihkan adalah, orang tua yang seperti ini benar-benar tidak peduli seperti apa letihnya kita mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka. Bagi mereka, hidup berputar di sekitar mereka; jadi, tidak ada yang dipikirkan, kecuali diri sendiri. Mereka harus selalu dibahagiakan—tidak soal caranya. Bila orang tua seperti itu, kita harus membuat batas yang jelas antara kita dan mereka. Kita mesti menyatakan bahwa kita tidak sanggup membahagiakan mereka sebab hanya mereka sendirilah yang mampu membuat diri bahagia. Jadi, tugas kita adalah menyadarkan orang tua bahwa tidak ada yang dapat membuat mereka bahagia selain diri mereka sendiri. Dan, bahwa kebahagiaan sejati keluar dari kerja keras untuk membahagiakan keluarga, bukan diri sendiri. Sebaliknya, makin kita egois, makin kita merasa tidak bahagia.
(8) ADA ORANG TUA YANG BERHITUNGAN—MENGHARUSKAN KITA MEMBAYAR BALIK SEMUA YANG PERNAH MEREKA KELUARKAN UNTUK MEMBESARKAN KITA.
Dengan kata lain, mereka menuntut kita untuk membalas budi sebab bagi mereka, membesarkan anak sama dengan menginvestasi uang mereka. Tidak bisa tidak, bila kita dibesarkan oleh orang tua yang berhitungan, sedapatnya kita berusaha untuk bebas utang. Kita tidak mau berutang "budi" sebab kita tahu, nanti kita akan ditagih. Mulai dari uang sampai pengorbanan, semua diingat dan dihitung, setelah itu ditagihkan kepada kita, anak-anak. Jika orang tua seperti itu, tidak bisa tidak, kita memang harus memenuhi tuntutan mereka—membayar utang dengan cara menyuplai kebutuhan mereka. Jika memungkinkan, berilah lebih daripada yang mereka tuntut. Tujuannya satu: Mereka hanya dapat belajar untuk bermurah hati jika mereka melihat dan menerima kemurahan hati. Singkat kata, bila kita memberi respons yang sama—berhitungan—maka siklus berhitungan tidak akan pernah putus. Kita hanya dapat memutusnya bila kita mulai menerapkan kasih karunia—memberi lebih daripada yang seharusnya kepada orang yang tidak selayaknya menerima. Sewaktu memberi, katakan bahwa kita memberi bukan karena ingin membayar budi, melainkan karena Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam anugerah. Biarlah orang tua melihat dan belajar gaya hidup anugerah dari kehidupan kita—sewaktu memberi, kita tidak pernah menghitung. Dan, biarlah mereka melihat bahwa Tuhan setia dan terus memberkati kita, sebagaimana dikatakan oleh Amsal 11:24-25, "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Untuk mengakhiri pembahasan ini, saya ingin mengingatkan perintah Tuhan, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu, kepadamu." Seperti apa pun orang tua, mereka adalah orang tua; kita tetap harus menghormati mereka. Dasar penghormatan kita bukanlah perlakuan mereka melainkan perintah Tuhan.