Mengapa Tuhan Mempertemukan Kami?

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T393A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pertemuan antara suami dan istri adalah suatu hal yang penuh dengan keunikan. Tidak ada yang terjadi di luar kehendak Tuhan. Demikian juga pertemuan kita dengan calon pasangan kita adalah dalam rencana dan kehendak Tuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pertemuan kita dengan pasangan kita adalah suatu misteri, misteri dalam pengertian sesuatu yang tidak mudah kita nalar atau kita jelaskan secara rasional. Ada unsur-unsur yang tidak bisa dijelaskan dengan nalar kenapa kita tertarik kepada pasangan kita. Namun kalau dipandang dari sudut kristiani kita percaya dan bersikap bahwa tidak ada yang terjadi di luar kehendak Tuhan dengan kata lain pertemuan kita dengan pasangan kita itu dalam rencana dan kehendak Tuhan. Pertemuan itu sudah pasti ada campur tangan Tuhan namun di samping campur tangan Tuhan banyak sekali hal-hal yang bersifat natural yang terlibat dalam pemilihan pasangan hidup itu. Hal-hal tersebut adalah ciri-ciri tertentu tentang pasangan kita yang klop dengan kita.

Ada 2 faktor yang mendasari bahwa suatu hubungan dikehendaki Tuhan:

  1. Menikah dengan yang seiman, itu permintaan Tuhan
  2. Menikah dengan yang sepadan, artinya yang cocok dengan kita

Bapak Yakub Susabda pernah mengeluarkan pernyataan yang berkata tidak semua pernikahan Kristen dikehendaki Tuhan. Pernyataan ini masuk kategori yang kedua di atas, adakalanya orang Kristen menikah dengan yang tidak cocok, memang seiman, dalam Tuhan, namun tidak cocok dalam hal-hal yang lain, misalnya kepribadian dan sebagainya. Dalam kasus yang demikian kita harus berani berkata bahwa pernikahan Kristen (dua-duanya orang Kristen) tersebut sebetulnya tidak direstui oleh Tuhan karena adanya ketidakcocokan.

Keharmonisan dalam rumah tangga bukanlah pertanda Tuhan merestui suatu hubungan suami-istri. Contoh: menikah dengan yang tidak seiman, jelas itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, meski di dalam rumah tangga mereka harmonis. Kecocokan memang adalah hal yang sangat indah dan hal yang sangat penting dalam pernikahan, namun tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur bahwa itu adalah pernikahan yang dikehendaki Tuhan. Sebaliknya kalau kedua orang tersebut seiman dan menemukan banyak kecocokan sehingga pernikahan mereka benar-benar solid, kuat, bebas dari konflik dengan mudah kita bisa langsung berkata pernikahan itu memang dikehendaki Tuhan.

Namun jika pernikahan kita mengalami konflik itu juga bukan pertanda Tuhan tidak merestui pernikahan kita. Contoh dalam perjalanan kehidupan Ayub, saat istri Ayub mendorong suaminya menjauhkan diri dari Tuhan. Terjadilah konflik, namun apakah kita berkata bahwa Tuhan sedang tidak memberkati Ayub dan meninggalkan Ayub? Dengan tegas kita bisa berkata tidak! Tuhan hadir bersama Ayub, bahkan tantangan dan pencobaan yang dialami pada saat itu adalah kontrol kedaulatan Tuhan, tidak ada indikasi satupun Tuhan meninggalkan Ayub. Memang adakalanya orang Kristen mempertanyakan mengapa pernikahan ini mengalami konflik, tapi kalau sudah yakin Tuhan yang memimpin jalannya hubungan kita, jangan lagi mempertanyakan hal itu. Kita dengan tegas bisa berkata pernikahan ini dikehendaki Tuhan, percekcokan ini adalah memang bagian dari kehidupan kita untuk membangun hubungan yang serasi.

Yohanes 14:25,26 berkata: "Semuanya itu Kukatakan kepadamu selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu, tetapi penghibur yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."

Jadi pada masa berpacaran jangan sampai kita lupa membuka diri terhadap ajaran, bimbingan Roh Kudus sendiri. Sebab Ia akan membimbing kita, tergantung kita mau dengarkan dan taati atau tidak.