Mengapa Anak Enggan Hidup Dekat Dengan Orangtua

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T513A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Semakin tua semakin kita membutuhkan anak, entah karena kesepian di usia tua atau juga karena penyakit yang kerap melanda orang-orang tua. Namun tidak semua anak mau hidup dekat-dekat orangtuanya. Kenapa?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu kenyataan pahit yang kadang mesti kita hadapi setelah memasuki masa tua adalah kesepian. Untuk mengusir kesepian, kita, yang tadinya tidak begitu membutuhkan anak untuk hidup dekat dengan kita, sekarang malah merindukan kehadiran anak. Belum lagi bila kita mulai sakit-sakitan, kita pasti ingin anak hidup dekat atau bersama kita. Masalahnya adalah, tidak semua anak mau tinggal dekat atau bersama orangtua; ada yang malah memilih hidup sejauh mungkin. Berikut akan dipaparkan penyebabnya dan apa yang dapat kita perbuat.

  1. Anak merasa TIDAK COCOK DENGAN GAYA HIDUP KITA.
    Mungkin sekali mereka menyayangi kita dan ingin hidup dekat atau bersama kita tetapi masalahnya adalah gaya hidup anak sangat berbeda dengan gaya hidup kita. Misalkan, ada banyak orangtua yang menghabiskan waktunya duduk di depan televisi dari melek mata sampai tutup mata. Nah, bila kita tidak bergaya hidup seperti itu, sudah tentu sulit buat kita mendengar suara televisi terus berbunyi, kecuali bila kita hidup dalam rumah yang besar di mana kita dapat meminta orangtua untuk menonton di dalam kamarnya. Sudah tentu bila kita ingin anak hidup dekat atau bersama kita, tidak bisa tidak, kita pun mesti menyesuaikan diri. Kita harus memikirkan kepentingan anak dan tidak boleh berasumsi bahwa anak pasti menerima gaya hidup kita sebab kita adalah orangtuanya. Tidak! Kita harus mafhum bahwa sekarang anak telah dewasa dan berkeluarga. Jadi, kita pun harus memerhatikan kepentingannya dan peka dengan kondisinya.

  2. ANAK TIDAK COCOK DENGAN SIFAT KITA.
    Mungkin kita pemarah, dan anak tidak menyukainya. Jadi, daripada timbul konflik, anak menolak untuk hidup bersama kita. Besar kemungkinan anak menolak bukan saja untuk kepentingannya sendiri tetapi juga untuk kepentingan keluarganya. Bila memang kita memunyai masalah dalam hal sifat, kita harus mengoreksi diri. Misalkan kita kurang sabar sehingga kemarahan cepat tersulut bila melihat sesuatu yang tidak berkenan. Nah, biarlah anak melihat bahwa kita mau belajar dari kesalahan. Bila anak melihat ini, besar kemungkinan ia pun akan bersedia tinggal bersama kita.

  3. Penyebab ketiga mengapa anak enggan untuk hidup dekat atau seatap dengan orangtua adalah karena KEBERATAN MENANTU.
    Singkat kata anak bersedia tetapi pasangan tidak bersedia. Dalam menghadapi kasus seperti ini, kita, sebagai orangtua, mesti berupaya keras untuk menyampaikan pesan bahwa kita mengerti keberatannya, dan bahwa kita akan berusaha untuk tidak merepotinya.

  4. LUKA YANG DIDERITA ANAK AKIBAT PERBUATAN ORANGTUA.
    Jadi, daripada terulang kembali maka anak memutuskan untuk tinggal jauh dari kita. Bila ini yang terjadi, sudah tentu kita harus meminta maaf kepada anak atas perbuatan kita di masa lampau. Jika kita tidak meminta maaf, malah terus bersikap bahwa kita benar dan kita tidak peduli dengan akibat perbuatan kita dulu, pastilah ia enggan tidak dekat atau bersama kita.

  5. KARENA ANAK TENGAH BERMASALAH.
    Masalah ini bisa jadi masalah pernikahan, tetapi juga bisa masalah lainnya, seperti kecanduan obat atau pornografi, terlibat penggelapan uang atau kekurangan uang. Daripada orangtua tahu, anak pun berusaha menyembunyikannya. Itu sebab, mustahil ia bersedia tinggal dekat dengan orangtua; ia takut rahasianya terbongkar.

  6. PERNIKAHAN ORANGTUA YANG TIDAK SEHAT.
    Dengan kata lain, relasi orangtua tidak harmonis sehingga sering terjadi konflik. Bila itu yang terjadi, besar kemungkinan anak tidak mau mengekspos anak-anaknya dengan konflik orangtuanya. Anak tahu bahwa tinggal bersama orangtua akan membuat anak-anak tertekan dan mencontoh cara hidup yang tidak sehat.

  7. ANAK MEMANG EGOIS DAN TIDAK INGIN DIREPOTKAN.
    Anak ini hanya ingin berjumpa dengan orangtua bila ada keperluan; jika tidak ada, ia tidak mau. Ia pun tidak mau direpotkan dengan segala urusan yang berhubungan dengan kebutuhan di hari tua. Akhirnya ia selalu bersikap tidak mau tahu dengan orangtua. Bila ini yang terjadi, sebagai orangtua kita harus menjaga batas dengan anak yang egois. Kita tidak perlu meminta tolong kepadanya; biarkan anak berkelana sampai ke titik di mana Tuhan mengingatkan dan menghajarnya. Tidak perlu kita meributkan hal ini dengan menantu kita. Campur tangan seperti ini hanyalah akan memperkeruh relasi.

Firman Tuhan di Amsal 22:6 mengingatkan, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu." Memang anak dapat berubah tetapi pada umumnya bila kita telah mendidiknya dengan benar dan menjadi contoh yang positif baginya, besar kemungkinan anak bersedia untuk hidup dekat atau bersama kita. Singkat kata, kita menuai benih yang kita tanam.