Memulihkan Kepercayaan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T172A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pernikahan adalah relasi yang didirikan di atas kepercayaan; tanpa kepercayaan, pernikahan runtuh. Memulihkan kepercayaan dapat dilakukan dengan melihat penyebab dari ketidakpercayaan dan pemulihan itu membutuhkan resiko ( siap untuk dilukai kembali).

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pernikahan adalah relasi yang didirikan di atas kepercayaan; tanpa kepercayaan, pernikahan runtuh. Apa yang harus dilakukan bila kepercayaan pudar?

  1. 1. Kita mesti melihat penyebab hilangnya kepercayaan itu dengan jelas dan mengakuinya. Janganlah menutupi atau mengurangi kadar perbuatan yang telah merenggut kepercayaan.
  2. 2. Kita harus menyadari bahwa pemulihan kepercayaan memerlukan waktu yang panjang karena pihak yang terluka harus menyaksikan bukti demi bukti perubahan. Kita tidak bisa dengan serta merta mengubah pandangan yang telah terbentuk; perubahan hanya terjadi sedikit demi sedikit seiring dengan adanya bukti.
  3. 3. Kepercayaan bertumbuh seiring dengan respek. Ini berarti, pihak yang telah menghilangkan kepercayaan mesti memperlihatkan kehidupan yang layak dipuji dan mengundang respek.
  4. 4. Kepercayaan juga bertumbuh seiring dengan kasih-makin besar kasih, makin besar kepercayaan. Ini berarti kita mesti membereskan masalah dalam pernikahan yang telah menghilangkan kasih. Tidak tertutup kemungkinan kita pun memiliki andil dalam hal ini.
  5. 5. Kepercayaan dibangun di atas kejujuran dan kekonsistenan. Pihak yang telah melukai harus bersedia membuka diri seluas-luasnya agar semua tindakannya dapat dilihat. Dengan kata lain, ia mesti menutup kemungkinan munculnya kecurigaan dan sudah tentu ia menutupnya dengan kejujuran, bukan dengan kebohongan. Kejujuran diwujudkan dalam kekonsistenan yakni apa yang dikatakan, itu yang dilakukan. Jika berjanji pulang pada jam 5, pulanglah pada jam 5.
  6. 6. Kepercayaan dibangun di atas risiko. Kita harus mengambil risiko untuk mempercayai kembali dan risiko di sini berarti risiko untuk dilukai kembali.
  7. 7. Pergumulan untuk mempercayai merupakan pergumulan rohani karena di sini kita pun dituntut untuk mempercayakan hidup ini kepada Tuhan kembali. Kita di sadarkan akan kefanaan dan kerapuhan hidup dan bahwa kita harus meletakkan dasar kekuatan dan pengharapan pada-Nya. Firman Tuhan berkata, "Jawab Yesus, `Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!` Segera ayah anak itu berteriak, `Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya!" (Markus 9:23-24)