Membantu Anak Mengendalikan Diri

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T164A
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Menjadi dewasa tidak sekadar bertambahnya usia, tapi salah satunya juga semakin terampil mengendalikan diri. Jadi untuk mendewasakan anak, kewajiban orangtua adalah mendidik mereka mampu bertanggungjawab dan mengendalikan diri.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

  1. Banyak pendapat bahwa anak yang masih muda memang tidak bisa mengendalikan diri. Pandangan demikian tidak sepenuhnya benar. Pengendalian diri memang datangnya tahap demi tahap, dan dalam hal ini usia memegang peranan penting.

  2. Sekalipun dalam banyak hal, anak akan lebih mampu mengendalikan diri setelah mereka besar, kita tetap berkewajiban memperhatikan perkembangan mereka dan membantu mereka. Sebagaimana belajar berjalan, berlari, berenang dsb, anak perlu latihan agar tahu bagaimana caranya mengendalikan dirinya. Menjadi dewasa tidak sekadar bertambahnya usia, melainkan salah satunya juga adalah semakin terampil mengendalikan diri. Jadi, untuk mendewasakan anak, kewajiban orangtua adalah mendidik mereka mampu bertanggung jawab & mengendalikan diri.

  3. Kita perlu memperhatikan pengendalian diri mereka dalam hal : Pertama, dalam hal pola makan. Kedua, dalam hal kebersihan. Ketiga, dalam hal kontrol emosi. Keempat, dalam hal perkataan. Kelima, dalam hal penggunaan waktu. Keenam, dalam hal penggunaan uang. Ketujuh, untuk anak yang memasuki masa pubertas atau remaja, mereka perlu diajarkan pengendalian diri dalam hal seksual.

  4. Ada dua kunci terpenting dalam hal membantu anak mengendalikan diri. Pertama, kita harus sabar mengikuti tahap-tahap usia dan kemampuan mereka. Setiap anak berbeda dalam hal kecepatan menyesuaikan diri dan kecepatan belajar menguasai diri. Dengan kata lain, orangtua jangan memasang target terlalu tinggi sehingga anak tidak bisa mencapainya. Target yang terlalu tinggi juga akan membuat anak frustrasi sehingga malas mengembangkan diri. Kedua, kita memberi contoh dan arah dari tingkah laku yang diharapkan. Sering kali kita lebih mudah melarang ini dan itu, sehingga membuat anak tidak belajar untuk melakukan sesuatu secara terkendali. Padahal ada banyak hal yang perlu dilakukan anak, hanya saja perlu ada pembatasan.

  5. Pengendalian diri itu memiliki beberapa ciri. Pertama, kemampuan untuk menunda pemenuhan keinginan atau dorongan. Kedua, kemampuan mengalihkan dorongan ke arah yang lebih berguna, meskipun harus mengorbankan kenikmatan yang diinginkan. Ketiga, kemampuan mengenali batas. Mungkin ini yang paling sulit, yaitu bagaimana kita tetap melakukan sesuatu, tetapi dalam batas-batas tertentu. Tetap menggunakan uang, tetapi seturut keperluan yang penting dan tidak melebihi batas kemampuan..

  6. Ada orang mengatakan bahwa anak hiperaktif sulit mengendalikan dorongan-dorongannya, dan itu terjadi antara lain karena faktor bawaan. Memang ada anak yang lebih sulit diajar untuk mengendalikan diri karena faktor bawaan. Namun tidak berarti bahwa anak-anak demikian tidak perlu diajar dan belajar mengendalikan diri. Jadi sebetulnya banyak cara yang bisa kita pakai agar anak-anak hiperaktif lebih bisa mengendalikan dirinya. Untuk anak-anak demikian, kita memang harus selalu mengingatkan diri bahwa tuntutan kita tidaklah boleh terlalu tinggi. Kita perlu menerima kekurangan mereka, sambil tetap berusaha membantu agar mereka mencapai batas kemampuan untuk belajar mengendalikan diri.

  7. Ada orangtua yang mengajar anaknya sejak kecil untuk melakukan segala sesuatu secara disiplin. Namun setelah anak besar, mereka tetap memerlukan banyak pengawasan orangtua. Kalau tidak, mereka akan berbuat semau-maunya. Masalahnya kendali yang dipegang orangtua harus dialihkan secara bertahap kepada anak-anak, sehingga mereka terlatih untuk mengendalikan diri, bukan dikendalikan orangtua terus-menerus.

Firman Tuhan diambil dari IKorintus 9:24-27.