Memahat Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T128B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Ibarat batu, kadang kita menemukan karakter anak yang negatif dan susah diubah. Ada bagian anak yang lunak artinya mudah dibentuk, namun ada juga bagian anak yang keras atau sulit dibentuk. Bagian yang keras inilah yang harus dipahat / dikikis sedikit demi sedikit secara berhati-hati agar tidak rusak dan hancur.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ibarat batu, kadang kita menemukan karakter anak yang negatif dan susah diubah. Misalnya, ada anak yang terlalu mudah menyerah, ada yang mau menang sendiri dan tidak rela mengalah, ada yang cepat berbohong dan berpura-pura, ada yang mudah cemas, ada yang mudah marah, dan sebagainya. Kita telah memastikan bahwa sifat itu bukanlah reaksi atau akibat didikan dan perlakuan kita terhadapnya. Segala cara telah kita gunakan namun tidak membuahkan hasil.

Apa yang terjadi? Bagian yang keras merupakan bagian dari kepribadiannya yang berakar dari sifat bawaannya. Mudah menyerah menandakan ia adalah anak yang tidak tahan dengan stres yang berkepanjangan; mau menang sendiri menandakan bahwa ia berkemauan keras, cepat berbohong dan berpura-pura menandakan ia cerdik dan kreatif namun malas, mudah cemas berarti ia tidak tahan dengan ketegangan dan memerlukan kepastian untuk membuatnya tenang, mudah marah berarti metabolismenya cepat dan energinya tinggi.

  1. Ada bagian anak yang lunak(mudah dibentuk) namun ada bagian anak yang keras (sulit dibentuk). Bagian yang keras ini harus dipahat-dikikis sedikit demi sedikit secara berhati-hati agar tidak rusak dan hancur. Pengikisan melalui dua tindakan: memberinya tekanan agar menghentikan perilaku buruknya dan memberinya kepercayaan untuk tidak mengulangnya. Misalnya dalam kasus anak berbohong, kita menegur perbuatannya dan memberinya sanksi. Setelah itu kita memberinya kepercayaan bahwa sesungguhnya ia berniat baik namun telah memanfaatkan cara yang salah.

  2. Mungkin kita tidak dapat menghilangkan sifat itu seluruhnya, namun kita dapat menguranginya. Setidaknya kita dapat membuatnya melihat itu sebagai masalah yang harus ia hadapi-sebagai problem pribadinya pula.

  3. Bagian yang keras itu sukar hilang sebab menguntungkannya: ia memperoleh apa yang ia inginkan. Itu sebabnya kita mesti memikirkan apa keuntungannya itu dan mengajarkannya untuk mendapatkan yang ia inginkan dengan cara lain yang lebih sehat.

  4. Contoh kasus adalah Petrus. Ia sering berbuat dan berbicara tanpa berpikir panjang. Tuhan sudah memperingatkannya namun ia tidak memperhatikannya. Setelah penyangkalannya, Tuhan datang kepadanya dan bertanya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi aku lebih daripada mereka ini?" (Yohanes 21:15-17) Di sini kita melihat Tuhan menjadikan masalah itu sebagai masalah pribadi. Kepada anak pun kita perlu melakukan hal yang sama: Membingkai masalahnya secara pribadi, yakni apa dampak perbuatannya pada orang dan kita. Namun Tuhan memberikan Petrus kepercayaan untuk menggembalakan domba-domba-Nya.